Kamis, 27 November 2014
Essai
Esai dari Cerpen yang Berjudul “Sungai”
Cerpen yang berjudul “Sungai” karya Nugroho Notosusanto ini menurut saya adalah cerpen yang menarik, karena di dalam cerpen ini diceritakan perjuangan seorang tokoh yang bernama Sersan Kasim yang beruang untuk melawan Belanda. Istri Sersan Kasim meninggal sehari setelah melahirkan anaknya, anak tersebut diberi nama Acep. Dalam perjalanan sejauh itu Sersan Kasim membawa serta anaknya, karena ia tak mau menitipkan pada penduduk yang asing baginya. Cerpen ini mengisahkan peristiwa yang terjadi pada saat tanah air tercinta ini (Indonesia) dalam penguasaan penjajah Belanda, pada tahun 1948. Tentara Belanda telah menduduki Yogya, persetujuan gencatan senjata telah dilanggar, dan Republik tidak merasa terikat lagi oleh perjanjian yang sudah ada. Sersan Kasim, Kepala Regu 3, Peleton 2 dari kompi TNI terakhir yang akan kembali ke daerah operasinya di Jawa Barat.
Cerpen “Sungai” ini menampilkan tokoh inti atau tokoh utama, yaitu Sersan Kasim yang memiliki watak penyayang, nampak betapa ia menyayangi istrinya yang baru setengah tahun dinikahinya. Selain itu karena begitu sayangnya ia kepada Acep anaknya, makanya ia bersikeras untuk tetap membawa Acep dalam perjalanan yang sulit dan penuh tantangan dari pada menitipkannya pada orang asing, khawatir akan keselamatan dalam pengasuhannya. Hanya bapaknyalah keluarga yang dimilikinya, tanpa tahu ibunya, Sersan Kasim ingin tetap bersama dan mengasuh dalam buaian dan kasih sayangnya. Menurut sayan watak Kasim dalam cerpen tersebuat adalah watak datar (protagonist). Bertanggung jawab, sebagai seorang pimpinan regu, ia bertanggung jawab atas keselamatan anak buahnya. Bahkan iapun mempertaruhkan harapan idam-idamannya, biji matanya, anak kesayangannya untuk menjadi jaminan atas keselamatan anak buahnya sera anggota kompi yang lainnya. Pada cerpen “Sungai” teknis atau penyajian yang digunakan adalah teknis dramatis (tak langsung) dapat dibuktikan dengan percakapan yang dilakukan tokoh Kasim dan komandan. Selain itu adanya tingkah laku mengarah pada tindakan yang bersifat nonverbal (fisik). Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Adanya Pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya, pikiran dan perasaannyalah yang kemudian dijadikan tingkah laku verbal dan nonverbal. Alur yang digunakan dalam erpen ini adalah alur sorot balik (flashback), karena pembaca seolah-olah diajak untuk mengenang peristiwa dimasa lalu. Kemudian sudut pandang (point of view) yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga seba tahu, karena disini di jelaskan bahwa tokohnya adalah Sersan Kasim dan pencerita seakan serba mengetahui isi hati atau segala sesuatu dari tokoh utama yaitu Sersan Kasim. Namun setting atau latar dalam cerpen ini menurut saya membingungkan karena ada beberapa setting tempat yang disebutkan dalam cerpen ini, tetapi menurut saya pribadi setting tempat dalam cerpen ini adalah di Sugai Serayu (yaitu salah satu sungai terbesar di jawa Tengah, Indonesia). Kemudian dari segi gaya bahasa yang digunakan bahasanya mudah dipahami oleh pembaca, karena dalam cerpen ini tidak ada bahasa asing atau bahasa-bahasa istilah lainnya. Bahasanya relatif mudah untuk dipahami.
Kesimpulan :
Menurut saya pribadi cerpen yang berjudul “Sungai” ini menarik untuk dibaca mulai dari anak-anak sampai orang dewasa karena isi dari cerpen ini mengandung nilai-nilai perjuangan yaitu perjuangan dalam mengusir penjajah. Dalam Cerpen tersebut terdapat konflik eksternal (masalah yang terjadi dengan faktor lain diluar diri tokoh) yang didalamnya terdapat konflik sosial dan fisik. Dibuktikan dengan permasalahan yang dialami oleh Sersan Kasim dengan para pasukan tentara Belanda yang ingin menyerang, sedangkan keadaan Sersan Kasim yang memiliki istri yang sedang hamil . Terdapat pula permasalahan yang dialami Sersan Kasim dengan cuaca alam yang membuat dia dan anaknya harus berjuang dengan keadaan hujan yang sangat deras untuk melawan tentara yang menyerangnya. Dan dalam cerpen ini pula di ceritakan bahwa Sersan Kasim sangat menyayangi anaknya, maka dari itu dia tetap bersikeras untuk membawa anaknya pergi bersamanya. Hingga akhirnya anak Sersan Kasim meninggal di tengah perjalanan. Amanat yang dapat saya ambil dari cerpen ini adalah selalu bersikap bijaksanalah dalam mengambil keputusan jangan sampai keputusan yang kita ambil dapat merugikan atau bahkan mengancam keselamatan orang lain, dan berjuanglah untuk kemajuan serta kejayaan negara kita. Karena hal tersebut merupakan bentuk rasa cinta kita kepada tanah air (negara).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar